Drama Bego Ketinggalan Pesawat saat Transit di Surabaya

Saya berjalan santai ke arah Gate 6 pintu boarding pesawat transit saya dengan tujuan akhir Denpasar, Bali. Sedikit menengadah ke monitor detail penerbangan, saya melihat tulisan kapital “FINAL CALL” diujung nomor penerbangan Sriwijaya Air yang akan saya tumpangi berikutnya.

Advertisements

Saya masih berjalan santai alih-alih mempercepat langkah menuju pintu boarding. Tak tampak keramaian orang berbaris di pintu boarding seperti biasanya. Seorang perempuan muda sesekali berseru memanggil penumpang dengan tujuan Semarang. Saya kemudian menghampirinya.

“Mba, Sriwijaya tujuan Denpasar kapan boarding?”, tanya saya ke mba-mba petugas boarding tadi.

“Loh, sudah terbang mas! Coba saya lihat boarding pass-nya!”

“Iya, Mas. Pesawatnya sudah terbang! Kita tadi sudah panggil 3x, sudah di telepon tapi ga nyambung, dan sudah dicari menggunakan pengeras suara juga”, katanya lagi.

Kalau di sinetron biasanya ada backsound “JENG..JENG..JENG..” plus kamera zoom-in-zoom-out di hidung saya, ga tahu lagi kenapa, saya hanya menjawab:

“Oh begitu, Okay Mba”,  jawab saya masih lempeng saja.

“Trus, koper saya mana, Mba?”, tanya saya lagi.

Sumpah ini pertanyaan paling dodol banget. Saya baru sadar saat bangun keesokan harinya mengingat kejadian bego ini. Ga mungkinlah, karena kau ketinggalan pesawat, kemudian bagasi di ubek-ubek buat mengambil kopermu. Bikin uring-uringan aja kau, bang!

Entah Mba petugas boarding itu juga sedang kelelahan, atau kliyengan nge-fly kayak habis makan pinang sirih di Sentani, dia pun memberi jawaban konyol.

“Koper mas sudah kita turunkan, langsung ambil ke counter check-in ya!”, jawabnya.

Dodol ‘kan Mba-nya!

Tanpa berdebat saya langsung balik kanan menuju counter check-in sesuai ‘perintah’ Mba petugas boarding tadi.

Dalam perjalanan menuju counter check-in saya malah ‘kesasar’ ke ruangan lost and found hanya karena melihat logo Sriwijaya Air di pintunya. Hahahaha

“Mba, saya ketinggalan pesawat, saya mau ambil koper”, tanya saya saat tiba di counter check-in.

Sambil mengernyitkan kening si Mba yang bertugas di counter check-in kemudian menyuruh salah seorang rekannya untuk membantu saya. Sambil meminta luggage-tag saya, dia kemudian masuk ke dalam ruangan mencari tas.

Ikutan bego juga jadinya ‘kan? Hahaha..

Seorang rekannya lagi, kemudian menelepon seseorang diseberang sana dan mengatakan kalau koper saya sudah terbang dan bisa di ambil di Ngurah Rai, Bali.

Ya iyalah, bapaaak!

***

Advertisements

Pesawat yang kami tumpangi sepulang melihat Festival Danau Sentani harus transit di Surabaya. Ketujuh teman lainnya akan melanjutkan penerbangan ke Jakarta, sementara saya tujuan Denpasar, Bali. Waktu itu bertiga, saya, Kak Eka dan Bang Amir, masih sempat jajan kopi di Starbuck yang lokasinya berada persis disamping Gate 6. Saya dan Bang Amir masih sempat masih sempat masuk ke bilik khusus orang-orang ‘ber-lokomotif’ di samping Starbuck persis.

Jadwal boarding mereka ke Jakarta lebih dulu sekitar 20 menitan dari saya. Kami masih sempat ngobrol-ngobrol mesum sambil menunggu panggilan boarding. Tak lupa saya sempat posting di FB.

posting facebook saat ketinggalan pesawat

Setelah pamitan dengan yang lainnya, tinggal saya seorang menunggu jam boarding berikutnya. Jedanya sekitar 20 menit. Masih cukuplah untuk buka laptop saja untuk membunuh waktu, pikir saya waktu itu. Padahal lagi capek banget. Saya kemudian menyusuri beberapa lokasi tempat duduk kosong yang dekat dengan colokan dan tak menemukannya.

Ya sudah, saya pun beranjak kembali ke bilik ‘lokomotif’ itu. Disinilah, awal drama kebodohan ketinggalan pesawat itu terjadi. Saya ga fokus, dan lupa waktu. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Bahkan saya masih sempat posting di Instagram @virustraveling pukul 6:30PM (WIB), dan menjawab komentar-komentar yang masuk.

Helloooooo, boarding-time-mu 6:20PM, babang!!

posting instagram saat ketinggalan pesawat
Local Time 6:30PM

Dan terjadilah drama bodoh kedua ketinggalan pesawat yang saya alami!

Iyes, ini kejadian kali kedua. Dulu saya pernah ketinggalan pesawat saat pulang dari Thailand dan transit di Malaysia saya nongkrong di Starbuck (juga). Saya lupa kalau di Malaysia itu lebih cepat satu jam dan ternyata waktu di gawai saja masih menunjukkan waktu Indonesia. Tiket promo sehara 144K menguap diganti tiket sejutaan, karena besoknya harus ngantor.

***

Hingga pukul 9:30 saya masih berada diruang keberangkatan, duduk disalah satu bangku kosong sambil memilih-memilih hotel dulu, karena malam itu tak ada lagi pesawat tersedia. Saya baru memesan tiket pesawat saat sudah tiba di hotel. Tiket pesawat yang masuk budget pun hanya ada sore hari. Alamak!

Tak lupa saya ‘berbohong’ kepada teman-teman di WhatsApp grup agar tak khawatir dengan saya. Padahal mah bodo amat, ye geng!

“Tinggal Bobby nih yang belum absen”, pesan Bang Hiro di WA.

whatsapp bang hiro

Sejak drama saya tiba-tiba menjadi silent reader di Grup, bahkan kak kesayangan, Eka Situmorang, merasakannya sampai harus bertanya. Kau kenapa sejak pulang dari Sentani jadi pendiam?

whatsapp eka situmorang
WA dari Kak Eka

Padahal saya baru tiba di Ubud.

***

Mengingat-ingat drama bego ketinggalan pesawat ini bikin saya terkadang tertawa sendiri.

Sumpah saya ga diguna-guna.

Sumpah saya mungkin hanya kelelahan saja.

Sumpah, honor langsung ludes, gaes! Hahahaha

Scroll to Top