Bakkara atau Bakara, sebenarnya bukan nama baru bagi saya. Nama tempat ini begitu familiar bagi saya. Lokasinya berada di Tapanuli Utara, tak begitu jauh dari kampung halaman orang tua saya di Dolok Sanggul. Selain itu juga, kampung Bakara atau Bakkara ini terkenal sebagai kampung asal salah satu pahlawan nasional dari tanah batak, yaitu Sisingamangaraja XII.
Meski nama kampung Bakara ini begitu familiar dengan saya, bahkan sejak usia 5 tahun kala liburan sekolah tiba, namun sekalipun saya belum pernah mengunjunginya. Ada apa disana? Saya tidak begitu tahu dan tidak begitu tertarik untuk mencari tahu. Hingga liburan pulang kampung kemarin.
Ternyata, Bakkara itu cantik bangeeeet!
Kemana saja saya selama ini? Sesal saya kemudian sambil memotret indahnya Danau Toba dari ketinggian tepatnya di Panatapan Bakkara, sesaat sebelum tiba di kampung Bakara.
Saya hanya tiga malam di Dolok Sanggul mengunjungi nenek saya setelah liburan di Sibolga, kampung halaman saya. Biasanya keluarga saya tiap akhir tahun pulang ke kampung untuk merayakan natal dan tahun baru. Namun, karena ‘sesuatu’ hal, saya undur tidak jadi pulang. Apa ‘sesuatu’ itu? PM saya saja hehe.
Nah, hari kedua di Dolok Sanggul, bertiga bersama kedua adik laki-laki saya, kami berencana jalan-jalan ke daerah sekitar (keluar Dolok Sanggul). Awalnya pengen melihat Sipinsur, sebuah Geo Park Site yang digadang-gadang menjadi wisata andalan Kabupaten Humbang Hasundutan yang baru mekar. Namun, ditengah jalan kami berbelok ke Bakara hanya untuk melihat sebentar kampung ini.
Menatap Kampung Bakkara dan Danau Toba dari Ketinggian
Ternyata iseng-iseng saya berbuah manis, Bakkara ini cantik banget. Kedua adik saya pun sejak dari berangkat tak memberi ‘spoiler’ seperti apa Bakkara ini. Saya baru sadar, dari kampung oppung saya di Dolok Sanggul ini ternyata bisa melihat Danau Toba yang cantik ini.
Mobil kami turun menyurusi jalan yang dengan jurang disisinya. Begitu berbelok, perlahan saya terperangah melihat pemandangan lembah dengan warna biru Danau Toba. Seketika saya membuka kaca dan mengarahkan kamera saya dan meminta segera berhenti.
Kami pun berhenti disalah satu tempat peristirahatan yang dibangun pemerintah setempat, yaitu Panatapan Bakkara. Saya begitu girang melihat pemandangan indah dari atas sini. Terlihat dibawahnya banyak rumah-rumah, kampung Bakkara, yang berada di lembah di pinggir Danau Toba.
Coba saya tahu dari dulu, bakal mampir terus ketempat ini. Toh, jaraknya pun tak begitu jauh.
Menyusuri kampung Bakkara
“Okay, kita turun ke bawah”, ujar saya ke adik paling kecil dibangku kemudi.
Akhirnya kami putuskan untuk turun menyusuri tepian jalan menuju kampung Bakkara. Kita harus hati-hati karena jalan cukup sempit dan disisi jalan terdapat jurang yang cukup dalam apalagi jika bertemu dengan mobil dari arah depan. Kami harus extra hati-hati. Tak jarang saya masih menjumpai jalan longsor.
“Lansekap yang sempurna”, batin saya sambil mengarahkan kamera.
Inilah kampung Bakkara, asal seorang pahlawan dari Tanah Batak, Sisingamangaraja XII. Berada disebuah lembah di pinggiran Danau Toba. Hampir sepanjang jalan, saya melihat persawahan masyarakat setempat dengan background tebing.
Air terjun Janji Bakkara
“Okay, bang. Kita kemana lagi? Langsung ke Huta Ginjang atau mampir dulu ke air terjun Janji?”, tanya adik bontot saya begitu kami tiba di dekat pelabuhan Bakkara.
Tentu saja saya manut, penasaran ingin melihat seperti apa air terjun Janji ini.
Kami kemudian melanjutkan menyusuri jalan dengan jurang dan Danau Toba disisi kiri hingga berhenti disebuah parkiran yang tepat berada objek wisata air terjun Janji. Seketika saya kurang semangat melihat kondisi disekitar air terjun ini yang sudah ditata sedemikian rupa.
Jarak 10 meter dari air terjun sudah dibangun pemandian. Pipa selang dipanjangkan menuju dua kamar mandi yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Tak jauh dari situ, juga berdiri warung penduduk.
Lanjut lagi menyusuri pinggiran Danau Toba
Dari air terjun Janji, saya dan kedua adik saya melanjutkan perjalanan menyusuri pinggiran Danau Toba. Tak jarang pula saya minta stop untuk berhenti sejenak menikmati alam ini, sesekali mengabadikan gambar buat dikoleksi dan bahan konten.
Jalan yang begitu sepi cukup membuat kami bebas berhenti dimana saja. Saya agak sumringah sedikit melihat jalanan beraspal mulus disini yang baru selesai dikerjakan. Meski hanya beberapa kilo saja. Saya cukup optimis melihat perkembangannya ke depan. Kebayang dulu jalan ke kampung oppung saya ini cukup rusak parah dimana-mana.
Perlahan, jalan yang kami lalui menuju Muara, sebuah kampung dipinggiran Danau Toba juga, semakin menjauh dari pinggiran Danau Toba keatas bukit. Meski begitu, pemandangan dikiri kanan jalan amat memukau mata saya.
Ketemu spot cakep, berhenti. Begitu seterusnya. Gimana kamu sudah tergoda buat main ke sini? Main ke sana, yuk!
Huta Ginjang
Huta Ginjang, yang masuk kabupaten Tapanuli Utara ini, menjadi tujuan akhir kami. Jadi, seharian ini kami jalan-jalan sampai dua kabupaten. Dalam Bahasa Indonesia, Huta memiliki arti kampung, dan Ginjang berarti atas, atau desa/kampung di atas (ketinggian).
Huta Ginjang ini memang menjadi salah satu objek wisata di kabupaten Tapanuli Utara dan sekitarnya. Pemandangan dari sebuah warung makan yang kami masuki memang lagi-lagi untuk melihat keindahan Danau Toba dari ketinggian. Udara dingin dan cukup kencang pun seolah menjadi alasan memesan semangkuk indomie rebus dan teh manis hangat untuk kami masing-masing.
Tak jauh dari situ, salah satu spot dijadikan landasan untuk olahraga paralayang. Duh, gimana rasanya ya melihat Danau Toba sambil naik paralayang disini.
Langit semakin gelap dan udara pun semakin dingin. Panggilan telepon dari oppung saya pun menyudahi perjalanan kami satu hari itu. Perjalanan dari Huta Ginjang menuju Dolok Sanggul tinggal satu jam perjalanan saja. Adek kecil sudah bisa nyetir, abang tinggal duduk saja dibelakang terlelap bahagia mengingat perjalanannya hari itu.
Ternyata ga perlu jauh-jauh untuk melihat keindahan, apalagi sampai ke negeri tetangga, karena ternyata ada banyak disekitar kita. Tapi kalau ada undangan, kenapa ditolak? *eh
***
Cara menuju ke Bakkara
Jika ingin langsung ke Bakkara, kamu bisa naik pesawat langsung ke Bandara Silangit di Siborong-borong. Saat ini sudah ada beberapa maskapai langsung dari Jakarta seperti Garuda, Citilink dan Sriwijaya, serta Lion Air yang harus transit dari Kota Medan.