Pagi itu, tanggal 17 September 2015, kami semua berkumpul di pelataran Hotel Hakaya Balikpapan untuk mendengarkan briefing dari ketua geng, Pak Endy, tentang perjalanan yang akan kami tempuh hari itu. Dari kota Balikpapan ini, kami akan beranjak menuju Kota Samarinda untuk melakukan tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility di beberapa sekolah.
Namun sebelum itu, tim Terios 7 Wonders “Borneo Wild Adventure” mampir dulu di Teritip, salah satu tempat wisata dan sekaligus berfungsi sebagai penangkaran buaya. Disana kami rencananya akan melihat berbagai jenis buaya Kalimantan mulai dari buaya rawa, tawar dan supit.
Inilah wonders kelima, penangkaran buaya Teritip.
Tak butuh waktu lama, hanya 30 menit berkendara dari hotel menuju tempat penangkaran buaya yang terletak di Jl. Mulawarman No. 66, Desa Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur. Penangkaran Buaya Teritip merupakan tempat wisata sekaligus pengembang-biakan buaya dilahan seluas 3 hektar dengan total sebanyak 1700 buaya.
Kebayang ga tuh banyaknya buaya ini!
Sambil berkeliling melihat-lihat kompleks penangkaran, kami dijelaskan bahwa ada beberapa jenis buaya yang terdapat di penangkaran buaya Teritip ini, seperti buaya rawa, tawar dan supit. Buaya Supit adalah buaya yang dilindungi karena populasinya sudah langka.
Ditempat ini, buaya yang akan ‘diproses’ hanyalah buaya muara. Diproses disini maksudnya diolah seperti diambil kulit, daging, lemak dan empedunya. Hampir semua bagian tubuh buaya diolah. Kulit buaya misalnya akan diolah menjadi tas, sepatu dan sejenisnya. Biasanya akan dikirim langsung keluar Balikpapan.
Selain itu, lemaknya dapat dijadikan minyak, empedu biaya dapat dijadikan obat untuk malaria atau asma. Bahkan tangkur atau alat kelamin buaya jantan biasanya dijadikan jamu dan ramuan untuk stamina (kejantanan) pria dewasa. Hmm… ada yang pernah pakai? hehe
Buaya baru akan ‘diproses’ untuk diolah ketika sudah berumur 4-5 tahun dan memiliki ukuran yang ideal. Tak semua buaya yang bisa dipotong. Buaya yang sudah menjadi indukan tidak bisa lagi dipotong. Buaya-buaya yang akan dipotong itu nantinya akan dipindahkan ditempat terpisah dan tidak dapat dilihat umum karena tempatnya yang kurang aman. Jadi hanya pengelola saja boleh masuk.
Nah, diceritakan juga, salah satu buaya muara yang ada disini memiliki ukuran yang sangat besar dan pernah sekali memakan orang hiiii seram sekali. Melihat ukurannya yang besar saja sudah bikin kita merinding, apalagi membayangkan pernah memakan orang.
Nah buat kamu yang pengen berkunjung kesini, penangkaran buaya Teritip ini buka setiap hari dari pukul 08:00 – 17:00 dengan harga tiket masuk yang cukup murah, yaitu Rp 15.000 untuk dewasa.
Disini tiap pengunjung juga dapat berfoto dengan anak buaya yang kecil dengan banderol Rp 10.000 sekali foto atau dapat memberi makan buaya dengan membeli bangkai ayam seharga Rp 10.000.- Di akhir minggu, pengunjung biasanya lebih ramai hingga mencapai 300 orang.
Sudah pernah kesini? Komen dong pengalaman kamu!
Lokasi wisata penangkaran buaya Teritip
Setelah puas melihat buaya-buaya di penangkaran buaya Teritip di Kota Balikpapan, kami kemudian langsung meluncur ke Samarinda menuju Wonder berikutnya. Apa itu? Yuk pantengin terus!
Baca juga cerita perjalanan saya lainnya bersama Terios 7 Wonders:
- Jelajah Borneo Bersama Daihatsu Terios Dimulai
- Trekking di Hutan Taman Nasional Sebangau, Kalimantan
- Julia dan Julian, Orang Utan Penghuni Taman Nasional Sebangau
- Mencicipi Lontong Orari Kuliner Malam Khas Banjarmasin
- Susah Payah Menemukan Bekantan di Pulau Kaget
- Pesona Anggrek Hutan Bumi Kalimantan
- Ke Danau Panggang Melihat Kerbau Rawa
- Puas Menyantap Paliat Kuliner Khas Tabalong
- Penangkaran Buaya Pemakan Orang di Teritip Balikpapan
- Terios 7 Wonders Berbagi Lewat CSR di Samarinda
- Mengunjungi Kampung Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang
- Si Raksasa Pohon Ulin di Taman Nasional Kutai
- Kepulauan Maratua Tujuan Akhir Terios 7 Wonders
- Akhir Perjalanan Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure