Saya bukanlah penikmat kulineran apalagi ketika sedang traveling. Mencoba makanan-makanan baru khas daerah yang saya datangi pun hampir sering saya lewatkan. Bagi saya, ukuran rasa makanan-makanan ini hanya sebatas berapa banyak energi yang dihasilkan agar saya melanjutkan perjalanan saya kembali sampai jadwal makan berikutnya tiba. Pokoknya kenyang, rasanya standar ‘enak saja sudah cukup’, dan please jangan ada yang aneh-aneh dalam dalam ingredient-nya.
Anehnya, ketika makanan itu punya rasa ‘enak pake banget’ pada lahapan pertama, ternyata saya bisa kalap juga dan seketika makanan itu pun menjadi favorit buat saya. Begitulah ketika saya pertama sekali menikmati Mango Sticky Rice yang terkenal di Kota Seribu Pagoda ini, Bangkok
Padahal cuma mangga.
Malam itu, saya, dan ketiga teman saya, habis berkeliling di daerah Patpong Street, dari ujung jalan satu ke ujung jalan yang lain melihat barang-barang yang dijajakan meski tak ada niat untuk membeli apa-apa dari pasar malam ini.
Saya ingat sekali, malam itu saya hanya membeli Tak Po – sejenis crepes mini – dan es krim dari seorang bapak tua masing-masing seharga 10 baht. Tentu saja sebuah mango sticky rice juga. Sebelumnya saya memang sudah pernah mendengar tentang mango sticky rice sekilas saja tanpa berniat untuk mencari tahu seperti apa bentuk dan rasanya.
Baca juga: Hampir kena modus penipuan di Bangkok
Kami pun menebus makanan itu seharga 50 baht untuk ukuran yang kecil. “Wah, ternyata enak banget!!! Buah mangganya manis”. Saya pun jadi ga rela membagi-baginya dengan teman saya, padahal patungan belinya hahaha *devil**maruk* hahaha
Padahal cuma mangga, ya.
Thailand memang terkenal dengan buah mangganya yang manis-manis. Musim mangga di Thailand terjadi pada bulan Januari hingga bulan Mei. Pas banget saat kami sedang liburan kesana di bulan Januari 2014 silam.
Baca juga: Ao Nang Krabi, Sisi Lain Keindahan Thailand Selatan
Setibanya di Chiang Mai, saya benar-benar ‘serius’ mencicipi dan menikmati mango sticky rice, potongan mangga yang besar dan ketan yang cukup banyak disebuah piring seharga 50 baht. Harganya cukup murah jika dibandingkan dengan yang di Bangkok tadi. Kali ini pun saya merasakan buah mangga yang manis sekali, menurut saya agak beda dengan buah mangga di Indonesia. Dari sore hingga malam hari, saya sudah dua kali memakannya ditempat yang berbeda. Saya ketagihan.
Padahal cuma mangga, ya.
Postingan ini dibuat barengan teman-teman Travel Blogger Indonesia dalam rangka Hari Buah Internasional yang jatuh hari ini, tanggal 1 Juli 2014.