Satu tempat yang layak kamu kunjungi ketika berada di Varanasi, adalah Sarnath. Karena tak punya banyak waktu kami melanjutkan pergi ke daerah Sarnath yang berlokasi sekitar 13 kilometer jauhnya disebelah Timur Laut Varanasi atau memakan waktu sekitar 30 menitan dari kampung muslim India pembuat sari tempat kami belanja kain Sari India.
Sarnath, atau nama lainnya Mrigadava, Migadaya, Rishipattana, atau Isipatana disebut sebagai taman rusa tempat dimana Buddha pertama kali mengajarkan Dharma dan muncul pertama kali melalui pencerahan Kondanna. Di Sarnath inilah cikal bakal buddhisme di India. (Monggo dibaca Wikipedia untuk detailnya).
Kini Sarnath telah menjadi salah satu destinasi wisata rohani baik bagi umat buddha maupun masyarakat India, baik yang lokal berasal dari Varanasi maupun dari luar kota dan tentunya turis-turis dari mancanegara.
Karena tak punya banyak waktu itulah akhirnya saya dan Kak Indri setuju untuk meng-hired seorang guide yang ternyata abal-abal. Begitu tiba dipelataran parkir yang berada persis di depan Wat Thai Sarnath Temple, Shiwa, supir tuktuk kami mengenalkan seorang pemuda lokal yang akan membawa dan menjelaskan kami tentang sejarah Sarnath ini. “He is good. You don’t have to pay if you don’t like him”, ujarnya meyakinkan kami. Tapi gara-gara guide abal-abal inilah kami merasa kesal karena justru membuang-buang waktu kami dan tips Rs100. Cih!
Dasar Shiwa, mulai ngelunjak sepertinya.
Dari parkiran kami berjalan sekitar 200 meter menuju sebuah gerbang yang awalnya saya kira pintu masuk ke taman rusa (deer park). Ternyata kami berada dibagian luarnya saja yang dihalangi oleh pagar. “This is Dhamek Stupa”, katanya sambil menjelaskan sebuah situs yang memiliki tinggi sekitar 128 meter dan berdiameter sekitar 93 meter. Dia kemudian menjelaskan sejarah Buddha pertama kali muncul dan menyebutkan bahwa dari tempat inilah kemudian Buddha menyebarkan ajaran-ajarannya.
Dari luar komplek ini, kami cukup tergoda melihat bagian dalam yang tertata rapih dengan tanaman-tanaman yang instagramable banget. Guide yang saya lupa namanya ini tidak menyarankan kami masuk ke dalam. “Gak ada apa-apa disitu, hanya taman saja sementara harga tiketnya mahal”, katanya menjelaskan meyakinkan kami. Tapi kami keukeuh pengen masuk.
“Oke, kalau begitu bawa kami ketempat lain!”. Sambil menunjukkan jalan, dia pun bercerita akan menunjukkan kuil buddha yang terdapat patung emasnya. Kami mengikutinya masuk ke sebuah gang rumah-rumah penduduk. Saya mulai menaruh curiga dengan jalan ini. Apa iya, lewat sini jalannya? Jalan pintaskah? Kalau tempat wisata kan pasti jalannya besar dan bagus, ini kenapa lewat kebun dan belakang rumah orang? Saya dan kak Indri mulai uring-uringan.
Dugaan kami benar. Kuil yang dimaksud adalah Wai Thai Sarnath Temple tempat kami berhenti pertama kali dan shiwa memarkirkan tuktuknya. Sialan!! Tanpa komando saya dan kak Indri ngomel ke pemuda hitam legam ini. “Kenapa bukan ini yang pertama tadi, kan ngabisin waktu kami ini namanya, kita tak punya banyak waktu disini kampret”. Saya jadi tidak semangat melihat-lihat Wai Thai Sarnath Temple ini. Hanya mengambil beberapa gambar.
Dengan muka mutung kami kembali ke parkiran, saya protes ke Shiwa tentang kelakuan temannya itu. Ajaibnya, Shiwa bilang dia bukan temannya. Padahal dia yang merekomendisikan “He is good” tadi. Dengan berat hati kami memberi dia tips Rs100 dan menyuruhnya agar lekas pergi sebelum saya benar-benar marah. Apa jangan-jangan ini semacam scam ya. Entahlah.
Tanpa membuang-buang waktu kami segera menuju Taman Rusa (Deer Park) dan membayar Rs100 atau sekitar Rp20.000 per orang untuk masuk ke taman ini.
Saya tak banyak mengeksplor taman yang cantik ini karena masih terbawa kesal dengan guide abal-abal tadi. Karena waktu yang sudah mepet dan penjelasan Shiwa kalau jalan menuju Ramnagar Fort tak bagus dan macet, kemungkinan kami tidak akan keburu mengejar jadwal kereta ke Agra. Entah ini sebuah scam lagi saya tidak tahu, memang lokasi antara Sarnath dan Ramnagar Fort tersebut bersebarangan (tidak searah). Sehingga kami memutuskan untuk langsung menuju stasiun Varanasi.
Baca juga: Destinasi tempat wisata di India yang lain.
Supaya gak kesel, kalo ke india aku ajak kamu aja ya nanti buat jadi guide kak beb bob xixii
ahh dengan senang hati kakput *orangnya murahan *suka gratisan 🙂
Hahaha maksud hati mau menghemat waktu tapi malah buang-buang waktu, semacam scam emang. Padahal sejarahnya seperti menarik!
Biar gak uring-uringan, sini makan donat! 😉
Sejarah apanya kakbeb? Sejarah kehampaan hatimu ngonooo? 😀
India….. ngangenin… hehehe sometimes you hate it, sometimes you love it
Pas banget yang kamu bilang mas, sometimes you hate it, sometimes you love it. Jadi dinikmatin aja yaa 😀
Astaga, dibuat puyeng pula turis dengan guide abal2 itu. Saya rasa mereka bersekongkol deh. Pura2 ga kenal, padahal takut kena omelan. Jadi poin penting juga nih, buat prepare guide klo mau jalan2 nanti.
iya kak masih mending jalan sendiri sih kalau disitu. Mending kalau ada guide resminya jadi bisa denger sejarah2nya kan. BTW thanks sudah berkunjung ya kak
Kamu kalo marah macam mana ??? Takda tampang kau murka hua hua
Jangan lakukan itu padaku kakcum, biarlah hulk yg didalam ini tetep didalam *ga lolos casting avenger soalnya
kalau ke India selalu ada aja cerita yang bikin naik pitan gini. ini salah satu trik scam alias malak. Its ok bro, kata orang, belum ke India kalau belum kena palak.
Wahhh, aku malah belum kesini.
Emang sih kak, ga seberapa 20rb doang, tapi keselnya gara2 buang waktu saja
Kalau mgelihat foto-fotonya, ngerasa kyk rumput tetangga lebih hijau ya. 😀
Whhh keren banget tempatnya,….jadi keiukutan kena virus travelling nihh 😀
Monggo di kunjungi mas, jangan di goa pindul aja 🙂