Sekitar pukul 8 pagi waktu setempat, kereta Amritsar Express yang membawa kami dari stasiun besar Howrah Junction Kolkata tiba di Varanasi Junction. Perjalanan ini lumayan panjang dan lama juga memakan waktu hingga 17 jam. Mirip dari Pasar Senen menuju Malang kalau saya tidak salah. Tapi untungnya kereta yang kami tumpangi adalah Sleeper Train kelas B AC 3-tiers seharga Rs1,125 atau sekitar Rp225ribu sudah termasuk fasilitas bantal lepes, sprei dan selimut tipis yang bentuknya persis dengan sprei tadi.
Sama persis dengan terminal-terminal di Indonesia, banyak yang menawari kami jasa tuktuknya. Ada yang langsung pergi begitu kami menolaknya, ada yang masih terus berusaha sembari bertanya-tanya ramah asalnya dari mana? tinggalnya dimana? sudah punya pacar belum? Saya hanya membalas tersenyum dan bilang “No, thank you!” saya masih pengen sendiri. Karena masih pagi kami pun memutuskan untuk berjalan kaki saja hingga lokasi hostel. Bak seleb blogger yang digandrungi mamang-mamang tuktuk, dengan anteng kami terus berjalan keluar dari kawasan stasiun.
Baca juga: Terjebak Beli Kain Sari India
Begitu keluar komplek stasiun, lalu lintas di Varanasi sama semrawutnya dengan di Kolkata. Bising dengan suara klakson dimana-mana dan pejalan kaki seolah tak dihargai disini. Jika ingin menyeberang, kita harus super hati-hati dan waspada karena tak cukup hanya melihat kiri-kanan jalan saja. Karena bisa-bisa dari depan kita bisa nongol kendaraan lain. Bisingnya lalu lintasnya ditambah dengan udara yang kurang bersahabat, debu dimana-mana, bau pesing dan kotoran bercampur menjadi satu.
Satu hal yang lucu melihat jalanan di India ini, kita bisa meihat hewan lembu dimana-mana melenggak-lenggok dengan santai. Kadang dikiri-kanan jalan, bahkan ada yang diam persis ditengah jalan. Para pengendara jalan yang tak sabaran pun harus mengurangi kecepatannya dan berhati-hati. Hewan lembu bebas berkeliaran disini karena merupakan salah satu hewan yang dianggap suci oleh masyarakat India.
Baca juga: Mengunjungi Sarnath Cikal Bakal Buddhisme di India
Ternyata jarak antara Varanasi Junction dengan hostel cukup jauh juga berjalan kaki. Sudah hampir satu jam kami berjalan dengan bawaan keril yang berat. Sempat nyasar, tanya sana-sini dan memang masih jauh. Kami pun memutuskan naik tuktuk Rs 120,- (sekitar Rp 24.000,-). Padahal kalau dari stasiun kereta tadi tuktuk bisa ditawar hingga Rs 150,-. Kemudian kesal sendiri arrrgghh…aseeeeemm!
Siang hari sekitar pukul satu siang setelah cukup beristirahat, beberes dan menunaikan hasrat online berjam-jam sejenak, kami mengambil paket keliling 7 kuil di Varanasi dengan harga Rs150,- per orang (minimum 3 orang). Karena tak ada lagi orang yang ikut, akhirnya kami membayar minimum jumlah orang tersebut, total Rs450,- atau sekitar 90rb rupiah berdua. Rencana kuil yang akan dikunjungi adalah Birla Temple, Sankat Mochan Temple, Tridev Temple, Tulsi Manas Temple, Durga Temple, Bharat Mata Temple dan Fatman Mosque.
Keliling kuil ala-ala ini cukup mengecewakan. Niat hati ingin menghemat duit dan tenaga. Apa daya kuil-kuilnya tidak menarik sama sekali untuk dikunjungi. Kuil Tulsi Manas misalnya yang menyatu dengan taman yang banyak dihuni monyet-monyet. Kuilnya terkesan tak terawat dan kami perlu mengeluarkan Rs30 untuk menyewa loker karena tidak diperbolehkan mengambil gambar disini. Gawai saya pun tak lolos dari pemeriksaan. Melihat kondisi kuil itu, saya sendiri memang tak berniat mengambil gambar. Kami hanya berdiam diri diluar sambil melihat orang-orang yang sedang bernyanyi sembahyang. Jangan tanya foto-fotonya, ya, karena sebagian besar dilarang mengambil gambar.
Durga Temple, kami hanya masuk berkeliling sebentar. Tak sampai 5 menit kami sudah keluar lagi. Paling parah Tridev Temple yang ditunjukkan oleh Shiwa, supir tuktuk kami, kami hanya dapat melihatnya dari pagar. Whaaatt??
Dari semua kuil tersebut hanya Birla Temple saja yang cukup oke. Jangan dibandingkan kuil disini dengan kuil-kuil yang ada di Thailand yang cantik-cantik penuh ukiran-ukiran yang detail, bersih dan ukurannya pun besar-besar. Kami pun memutuskan pulang ke hostel meski kuil-kuil dalam list tersebut belum semua kami datangi.
Baca juga: Mengagumi Pesona Indahnya Taj Mahal
Sore harinya sekitar pukul 16:30 saya, Kak Indri, ditambah 3 cewe bule dari US & UK, kami berangkat ke Sungai Gangga untuk ikut “Sunset Boat Ride”. Harga per orangnya Rs150,- (minimum 3 orang). Dari hostel kami berjalan hampir 1km menuju Ghat, melewati lalu lintas yang padat, sesekali melihat laki-laki dewasa kencing begitu saja diselokan jalan.
Sore itu kerumunan orang ramai sekali dengan turis-turis dan orang lokal yang akan menghadiri sebuah seremonial, Night Pooja Ceremony.
Baca juga: Tempat yang wajib dikunjungi saat ke Jaipur India
Hanya kami berenam termasuk ‘driver’ yang mengayuh sampan dari Deshashvemedh Ghat, tempat diadakannya upacara. Sampan mulai berjalan sambil menikmati sunset yang ala kadarnya dan menikmati suasana di sungai suci Gangga ini. Tak ada yang memberi kami penjelasan karena si mamang sampan tak bisa sama sekali berbahasa inggris. Terkadang dia terlihat menjelaskan beberapa hal sambil tersenyum aneh mengunyah sirih, namun menggunakan bahasa hindi. Ya sama aja doooong.
Sampan terus bergerak ke arah selatan sungai Gangga sampai ke Harishchandra Ghat, sebuah tempat dimana kremasi dilakukan, kemudian Manikarnika Ghat, tempat pembakaran mayat. Katanya pembakaran mayat disini berlangsung selama 24 jam. Kami hanya dapat melihat dari kejauhan diatas sampan.
Tur sungai Gangga ini berakhir dengan kembali ke Deshashvemedh Ghat ketika seremoni sudah berlangsung. Bak menonton bioskop dari kejauhan, semua turis-turis baik lokal dan mancanegara duduk anteng diatas sampannya masing-masing melihat ke arah upacara diadakan. Anak-anak penjual Chai hangat, teh susu, seharga Rs10,- menjadi incaran sambil menikmati seremoni.
Hari pertama di Varanasi memang sangat melelahkan, Jalan terus sampai pegal-pegal, mumet sama keramaian dan semrawutnya kota, klakson sana-sini tak menghargai pejalan kaki. Namun begitu saya senang bisa mengunjungi langsung sungai suci masyarakat India, Gangga, dan melihat kehidupan masyarakat disini.
Baca juga: