Melihat stingless jellyfish atau Ubur ubur tak menyengat bukan hal yang baru bagi saya. Pertama kali saya melihat makhluk lucu ini adalah di Danau Kakaban, Pulau Derawan dalam rangkaian tour Terios 7 Wonders ke Kalimantan.
Kali ini, bareng teman-teman Travel Blogger Indonesia beberapa waktu lalu kami mendapat kesempatan dari Kementerian Pariwisata untuk mengeksplor satu dari sekian banyak Pesona Indonesia di Sulawesi, yaitu Kepulauan Togean.
Danau Mariona habitat Stingless Jellyfish di Togean
Ada banyak aktivitas dan tentunya tempat-tempat yang menarik yang bisa kita lihat di Kepulauan Togean. Tapi yang pengen saya bahas disini adalah tentang keseruan mengunjungi stingless jellyfish atau ubur-ubur tak menyengat.
Ya, di Togean ada stingless jellyfish juga lho!
Ubur-ubur tak menyengat yang akan saya kunjungi kali ini terletak disebuah danau bernama Danau Mariona.
Menurut cerita Pak Saiful, guide kami selama di Togean, nama Mariona berasal dari nama seorang wanita berkebangsaan Perancis, Mariona Bazin.
Dalam perjalanannya ke Indonesia, ia bertemu dengan Pak Fajar, saudara Pak Saiful. Kepada pak Fajar, Mariona berkata bahwa danau ubur-ubur tak menyengat itu hanya ada di Palau, dan Danau Kakaban, Pulau Derawan. Padahal di Misool pun ada hehehe.
Pak Fajar pun menepis anggapan Madame Mariona. Ia mengatakan bahwa di Togean pun ada danau ubur-ubur tak menyengat seperti yang di Danau Kakaban dan menyuruhnya agar pergi kesana.
Ditemani Pak Fajar dan Pak Saiful, Mariona pun diajak ke danau ini dan menjadi turis pertama yang datang kesini. Dari situlah awal mula nama Danau Mariona ini. Mungkin itu pula yang menyebabkan begitu banyak turis Eropa khususnya dari Perancis.
Mariona bersama masyarakat lokal kemudian mengeksplor lebih jauh Danau Mariona hingga ke dasarnya.
“Dasarnya lumpur yang cukup dalam dan ada 3 barakuda yang pernah terlihat di danau ini”, cerita Pak Saiful disela-sela makan siang kami di dermaga Danau Mariona.
“Barakuda?”
Ya, Dan Jhonson, HelloMister.net dan salah satu pengunjung yang bersama kami waktu itu memkonfirmasi cerita pak Saiful. Entah bagaimana Barakuda bisa terperangkap di danau ini.
Seru-seruan bareng Stingless Jellyfish
Here’s the best part. Berenang bareng ubur-ubur.
Niat ingin melihat indahnya pemandangan Danau Mariona dari atas akhirnya harus saya urungkan begitu baterai drone dilayar saya berwarna merah tanda kritis. Sepertinya, kali ini waktunya memang senang-senang bareng ubur-ubur unyu menggemaskan ini.
Tak butuh waktu lama, saya sudah duduk dipinggir dermaga dan turun perlahan-lahan. stingless jellyfish atau ubur-ubur tak menyengat ini memiliki bentuk yang sangat kecil. Ukuran yang besar saja hanya sebesar telapak tangan orang dewasa. Tubuhnya yang bening dan transparan sangat tipis sehingga sangat rentan.
“Kalau dimusim hujan, lebih banyak yang muncul dipermukaan”, ujar pak Saiful menjelaskan.
Ketika kami datang, jumlah ubur-ubur di Danau Mariona ini tak begitu banyak muncil di permukaan. Kebanyakan menyelam dibawah danau karena sinar matahari yang cukup menyengat siang itu. Ubur-ubur tak menyengat ini memang rentan sekali dengan sinar matahari.
Jadi, di Indonesia terdapat tiga danau yang menjadi habitat stingless jellyfish atau ubur-ubur tak menyengat ini. Selain di Danau Mariona, Togean, dan Danau Kakaban di Pulau Derawan, satu lagi terdapat di Danau Lenmakana, Misool, Raja Ampat.
Hanya tinggal Danau Lenmakana di Misool Raja Ampat saja yang belum saya kunjungi. Semoga saja ada kesempatan kesana.
I wish!
Mari berkhayal dulu, kayak mba dibawah!
Pantai Karina sebagai BONUS
Nah, masih di pulau yang sama, tak jauh dari Danau Mariona tempat danau ubur-ubur tak menyengat berada, ada satu pantai yang menurut saya cantik banget dan kamu harus kesana.
Namanya pantai Karina.
Saking dekatnya pantai Karina ini, Pak Saiful cukup berenang menyusuri tebing pinggir pulau bermodalkan snorkel saja.
Pantai berpasir putih dengan airnya yang bersih biru bening. Buat yang pengen bikin foto kece instagram kekinian, Pantai Karina ini spot yang pas banget.
Sayangnya, saat kami tiba di Pantai Karina, ada begitu banyak sampah-sampah disepanjang pantai. Menurut Pak Saiful, yang lagi-lagi sebagai sumber utama saya, sampah-sampah yang didominasi organik tersebut merupakan ‘kiriman’ dari Gorontalo.
Melihat pak saiful yang dengan sigap menyingkirkan sampah berukuran besar ke daratan, sontak kami pun serentak ikutan bersih-bersih pantai.
Sebelum balik, kami sempatkan menikmati pantai ini sejenak, hanyut dalam pikiran masing-masing. Seperti Velyz littlenomadid yang berangan-angan pengen balik ke Teluk Tomini suatu hari nanti. (Bareng siapa, Vel?)