Mendaki Gunung Batur, Pemandangannya Bikin Nangis

“The best view comes after the hardest climb”. Begitu kata petikan terkenal yang sering kita dengar. Susahnya pendakian yang kita jalani sepadan dengan pemandangan yang bakal kita lihat. Teman-teman pasti sudah sering mendengarnya. Petikan itu saya aminkan kala mendaki Gunung Batur beberapa waktu lalu.

Coba lihat bahagianya pasangan ini saya foto eh melihat pemandangan matahari terbit yang cantik begini!

Sunrise Gunung Batur
Chloe & Jason dengan background sunrise Gunung Batur

Capeknya trekking mendaki Gunung Batur ini dari subuh terbayar dengan pemandangan yang tersaji. Semua mata terlihat bahagia kala mentari pagi mengintip di ufuk timur. Begitu pun saya, rasanya pengen nangis saja. Tak apalah dibilang lebay hahaha.

Sebenarnya rencana mendaki Gunung Batur kemarin dadakan. Velyz sudah pernah naik beberapa tahun yang lalu, sementara Fahmi Catperku lagi kangen-kangennya keliling Bali. Mumpung lagi pada di Bali semua mengerjakan beberapa proyek. Jadi, sehabis beristirahat dan staycation di Hotel Vila Lumbung, malamnya kami berangkat ke Kintamani untuk mendaki Gunung Batur.

Baca juga: Kedinginan di Desa Pinggan Kintamani, Kepanasan di Tulamben

Mendengar rencana mendaki Gunung Batur bukannya tanpa beban bagi saya. Saya langsung kebayang bagaimana susahnya naik. Tinggi Gunung Batur yang ‘hanya’ 1.717mdpl memang tak setinggi Gunung Semeru yang pernah saya daki beberapa tahun silam. Namun karena pola hidup saya yang kurang sehat akhir-akhir ini bikin saya galau setengah mati. Kerja-kerja-kerja, kurang tidur, dan saking jarangnya olahraga nafas pun jadi pendek-pendek.

Baca juga: Catatan Perjalanan Mendaki Gunung Semeru

Drama terus berlanjut. Layaknya ABG yang lagi galau gebetan belum membalas SMS-nya, saya putuskan ga ikut. Kala itu kami masih di Hotel Vila Lumbung. Ga ada dorongan apa-apa dari kedua partner saya ini. Bok ya disemangatin gitu ya. Ga ada hahaha. Diatas motor dengan kecepatan tinggi dalam perjalanan pulang ke Ubud saya mikir lagi, “Kapan lagi kan, mumpung (ada) bareng teman”. Saya pun putar balik. Saya putuskan untuk ikut. Dasar om-om labil hahaha.

 

Mendaki Gunung Batur

Tengah malam, persis pukul 12, kami sudah meluncur menuju Kintamani dengan dua sepeda motor. Iya, udara mulai dingin dan tambah dingin lagi saat melewati Tampak Siring. Hampir dua jam perjalanan kami belum berhenti selain saat fahmi memasang tambahan jaket sementara saya memutar tas ransel saya ke depan supaya tak terlalu dingin.

Setengah tiga pagi kami sudah tiba di area parkir. Akhirnya bisa meregangkan otot pinggang sehabis motoran selama 2.5 jam. Sepertinya baru kami pendaki yang datang. Belum terlihat para pendaki lain. Kami beristirahat disebuah warung yang masih buka diseberang parkiran sambil menunggu pendaki lain. Rencananya kami mengekor dibelakang mereka.

Sebenarnya trek pendakian Gunung Batur ini ga susah-susah amat. Meski begitu buat saya ini termasuk sulit apalagi dengan pola hidup yang kurang sehat selama ini. Pura sebagai awal pendakian ke puncak belum terlihat saja saya sudah ngos-ngosan, Berkali-kali berhenti untuk istirata dan mengatur langkah lagi.

Setiba di pura kepala sudah pusing, saya butuh beristirahat lebih lama hingga hampir menyerah. Saya bilang ke teman-teman untuk meninggalkan saya, “Kalian naiklah, aku nunggu disini”. Saya galau lagi sambil melihat kedua teman saya hilang perlahan digelapnya pagi.

30 menit berikutnya, saya putuskan untuk naik hahaha. Galau banget emang. Kapan lagi, bukan? Udah keburu sampai disini, sayang kalau ga dilanjutkan. Akhirnya saya naik pelan-pelan, sendirian tanpa ada kedua teman mengapit saya. Waktu itu saya ditemani seekor anjing Kintamani yang saya kenali karena saya sempat membagi roti saat beristirahat di warung tadi. Sebentar-sebentar berhenti. Si anjing juga ikutan berhenti. Entah sudah berapa banyak rombongan yang melewati saya.

Menunggu Sunrise Gunung Batur

Saya terus berpikiran positif, hingga akhirnya tiba di post pertama puncak Gunung Batur. Rasanya luar biasanya banget bisa sampai disini (rada lebay sih haha). Kedua teman saya pun sedang duduk beristirahat. Mereka mengajak saya untuk melanjutkan pendakian ke puncak Gunung Batur. Saya menolak melanjutkan pendakian dan menunggu pemandangan sunrise di pos ini saja.

 

Pemandangan Sunrise di Gunung Batur

Menjelang matahari terbit, rombongan pendaki semakin banyak berkumpul di pos ini. Sebagian sudah duduk manis dipinggir tebing mengambil spotnya masing-masing sambil beristirahat.

Pendaki Gunung Batur Bali

Matahari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya muncul mengintip perlahan dari balik gunung. Tak sedikit pendaki yang memuji pemandangan yang didapatnya waktu itu. Pun demikian dengan saya. Sambil mengambil beberapa foto dari sudut-sudut berbeda. Saya mengagumi indahnya pemandangan sunrise Gunung Batur ini sampai ingin menangis saja (iya rada lebay haha).

Anjing Kintamani dengan View Sunsire Gunung Batur

Ga sabar rasanya ingin berbagi foto dengan kedua teman saya yang ada di puncak satunya lagi. Ga sabar juga pengen lihat foto pemandangan dari atas sana. View dari atas sana juga tak kalah cantiknya.

Pemandangan Sunrise dari Puncak Gunung Batur

Hari sudah menjelang siang, suasana post di puncak sudah semakin sepi. Panas matahari pun sudah mulai menyengat. Turun pun bukan perkara mudah. Perlahan kami turun meninggalkan post. Begitu melewati pura, jalan yang kami lalui adalah jalan beraspal yang lebih mudah. Biasanya jalur ini akan dilewati sehabis turun dari puncak. Sambil turun, kita masih bisa menikmati pemandangan lain seperti melihat aktivitas masyarakat setempat yang berladang.

Silahkan dinikmati juga pemandangannya!

Pemandangan Saat Turun Gunung Batur

Perkebunan di Lereng Gunung Batur

Kamu punya pengalaman seru waktu mendaki Gunung Batur? Atau cuma nongkrong cantik di Penelokan Kintamani? Yuk, kasih komen dibawah ya!

Pemandangan Penelokan Gunung Batur Kintamani

28 thoughts on “Mendaki Gunung Batur, Pemandangannya Bikin Nangis”

  1. Nasirullah Sitam

    Pemandangannya benar-benar bagus bang. Temanku sewaktu libur lebaran naik ke sini, dan dapat banyak foto cakep juga.

  2. Ika Yuni Anggrahini

    Dua kali berencana ke sini, dua kali pula rencana hanya tinggal wacana. Haha. Alasan utama ialah, kondisi badan tak sebugar dulu (baca: jarang olahraga). Inshaa allah, untuk ke tiga kalinya nanti ya. ~~~

    1. Bobby Ertanto

      Sama mba Ika, alasan itu pula yang menghantui aku kemarin. Tapi dipaksain mesti naik, at least sekali hahaha

    1. Bobby Ertanto

      Bisa koq mba, saya ga pakai guide. Banyak yang naik koq, ikutin saja trek yang ada. Resiko sendiri2 yooo

    1. Bobby Ertanto

      Secara umum saja kak, mendaki gunung batur sebenarnya minim resiko. Biasanya guide lokal paham rute-rute yang bikin trek jd mudah. Itu saja.

    1. Bobby Ertanto

      Iyes, tiap hari banyak koq. Banyak juga local guide yang sekaligus naik keatas. Ikutin mereka saja

      1. Parkirannya di sebelah mana gan? Mungkin bisa di tag di google maps. Kebetulan saya pengen trekking kesana tp belum tau starting poinnya darimana (nama tempatnya)

        1. Bobby Ertanto

          Lapangan parkir pertama tempat pendaftaran mas, nah ini parkiran yang dekat dengan pura yang diatas. Ada jalannya koq. Kalau bawa kendaraan ya bisa langsung kesana, skip trekking awal, langsung naik ke arah puncak..

  3. Ini naik baturnya kapan ya? katanya skrg untuk naiknya harus bayar 100rb dan dipaksa harus pakai guide 200rb ya? kebetulan minggu depan saya mau naik batur sendirian, mohon infonya, tks..

  4. mas bobby saya berencana untuk hiking dengan teman saya orang asing. dr blog blog travelers asing yang saya baca mereka bny diancam bolak balik sama mafia gunung agar pakai guide dan bayar 500 ribu per orang. apakah pengalaman ini mas alami juga atau jangan2 hanya menghantui orang asing yah?

    1. Bobby Ertanto

      Terakhir naik kesana juli tahun 2018 lalu saya bareng teman-teman asing saya mas. Hanya membayar tiket masuk wisata asing. Teman-teman lokalnya yang ikut (mas sendiri) mungkin bisa bilang “sudah sering naik Batur, ini lagi ajak teman”. Akhir-akhir ini saya sering dapat email begitu sih. Kalau saya sendiri dan teman-teman kos yang ingin muncak gunung batur, habis beli tiket, bli-bli yang datangin saya kacangin sih, melipir langsung ke warung atau langsung bawa mobil ke parkiran atas setelah beli tiket.
      Semoga membantu.

  5. Biaya per orang berapa kak? Terus apa wajib sewa guide?

    Sebab sebagai backpacker, niatnya pake biaya seefisien mungkin 😀

    1. Bobby Ertanto

      Saya sih ga pernah sewa guide yaa… dengar2 di komentar2 sini banyak yang ditembak untuk sewa guide. Tipsnya mungkin bilang aja “saya sudah pernah naik Batur, trus ga ada duit buat bayar guide” hahaha

  6. Junita Husin

    Mantap kak Bobby. Mau nanya2. Udaranya kira2 brapa derajat ya subuh sampai pagi gitu? Mau hike di awal november, recommended gak ya? Naik motor 2.5 jam sampe ke loket? Kalo naik mobil brapa lama donk dari Canggu?

    1. Bobby Ertanto

      Hmm… klo berapa derajat, kurang ingat ya.. Mungkin bulan November rada lebih dingin ya.. harusnya sih masuk musim penghujan, tapi cuaca lagi ga menentu juga sih karena masih panas2 aja di Okt gini.
      Kalau naik mobil kyknya sama saja tergantung speed ya, karena jalanan kan kosong.

    1. Bobby Ertanto

      Indeed. Pemandangan sunrise disana keren bgt. Berapa mdpl? Kalau mas nya baca artikel saya, pasti ketahuan deh berapa mdpl hihihi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Content
Scroll to Top