Mengunjungi Pulau Ular, Pesonanya Tak Seseram Namanya

Setelah perjalanan panjang dari Bali – Jakarta – Makassar hingga tiba di Kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara, kami beristirahat sebentar sambil menyantap sarapan pagi di salah satu restoran lokal sebelum memulai aktivitas macul konten lagi. Hari itu rencananya kami akan mengunjungi Pulau Ular dulu sambil menunggu waktu check-in. Iyes, langsung jalan-jalan dong, cuuy! Semangat pun langsung muncul.

Bareng teman-teman blogger dan influencer lainnya, kami kemudian berangkat menuju Pelabuhan Topa, Sulaa. Kampung Topa Sulaa ini merupakan salah satu kampung tenun yang ada di Kota Bau Bau, yang kemudian disulap menjadi kampung warna-warni oleh Pacific Paint Indonesia.

Jarak dari Pelabuhan Topa ke Pulau Ular ini sekitar 30-45 menit perjalanan menggunakan perahu motor yang biasa disebut Katinting oleh masyarakat setempat. Ada dua perahu Katinting yang kami gunakan untuk mengangkut seluruh rombongan. Menaiki perahu Katinting ini sebenarnya pengalaman seru dan mendebarkan.

Gimana enggak, dengan jumlah kami yang cukup banyak (satu perahu bisa 8-9 orang), kami harus berbagi ‘berat badan’ ditiap sisi agar perahu tak oleng. Dengan beban yang cukup berat, badan perahu pun menjadi lebih masuk ke dalam air. Belum lagi saat itu, ombak agak kencang menjelang tiba di Pulau Ular dan saat kembali ke pelabuhan.

Pulau Liwutongkidi atau Pulau Ular Bau Bau
Pulau Liwutongkidi atau Pulau Ular Bau Bau.
Drone by @lostpacker or @commaditya (lupa haha)

Awalnya saya sempat mengernyitkan dahi saat mengetahui tujuan kami saat itu adalah Pulau Ular. Namanya koq kurang menjual banget ya, dan serem pula. Saya sendiri sempat membayangkan bahwa disana merupakan populasi ular. Apa menariknya melihat ular? Dan koq bisa menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Kota Bau Bau yaa… hmm…

Ternyata, pulau yang memiliki nama asli Pulau Liwutongkidi ini tak seseram namanya. Justru menawarkan pesona keindahan yang bisa kita nikmati. Saya pun mengangguk setuju dan bergumam dalam hati, mana ada ular disini… hahaha …

Tiba di Pulau Ular Bau Bau
Tiba di Pulau Ular Bau Bau

Tiba di Pulau Liwutongkidi Bau bau

Perahu Katinting mendarat tepat di pantai pasir putih menjorok ke daratan sesaat kami tiba di Pulau Ular alih-alih di dermaga yang sudah rusak. Saat menulis artikel ini, Saya sempat mencari tahu, dulunya sempat dibangun dermaga di pulau ini yang kini hanya menyisakan puing-puing pasak saja. Yah, hal semacam ini memang jamak kita temukan di negara tercinta ini.

Selain pantai pasirnya yang putih dan lembut, air laut di sepanjang Pulau Ular ini pun bening. Semakin menambah pesonanya saja. Tak salah memang kalau masyarakat yang berkunjung ke Pulau Ular ini dan menjadikannya lokasi untuk camping.

Pantai di Pulau Ular Bau bau
Pantai pasir putih di Pulau Ular

Naluri sebagai petani konten, tak ayal membuat kami langsung berpencar kesana-kemari mencari dan mengabadikan sudut-sudut terbaik di pulau ini.

Kalau saja bukan karena jadwal yang cukup padat dengan sederet aktivitas yang menanti, dan cuaca yang mendukung, mungkin kami bakal lebih lama tinggal disini. Maklum, nasib petani konten seperti kami harus memprioritaskan macul konten dulu, baru kemudian menikmatinya.

Bayangkan saja, pantainya yang berpasir putih dan air laut yang bening. Siapa tahu bisa melihat sunset dari pulau ini. Belum lagi dengan padang savana yang membentang cukup luas.

Ya, keseruan lain yang bikin Pulau Ular ini unik adalah karena sebagian besar Pulau Ular ini ditutupi oleh padang ilalang setinggi lutut. Kalau dilihat dari drone, hampir 3/4 pulau ini ditumbuhi ilalang. Tentu saja menjadi satu daya tarik bagi kami karena instagramable banget hahaha.

Tengok saja kelakuan kami!

Tak lupa dong pose andalan saat ini, meski agak deg-degan juga kalau tiba-tiba ada ular.

wisata pulau ular bau bau
Ilalang di Pulau Ular.

Baca juga: Menyusuri Pulau Buton menuju Benteng Keraton Buton

***

Gimana? Sudah tertarik pengen main ke Pulau Ular ini?

BTW, ada yang bilang dulunya Pulau Liwutongkidi ini merupakan ‘gudang’ amunisi dan persenjataan saat jaman penjajahan dulu. Untuk menjaga keamannya, pulau ini kemudian disebut Pulau Ular agar orang-orang tak berani datang kemari.

Padahal Pulau Ular ini cakep banget. Pengen rasanya balik lagi kesini, tentunya dengan waktu yang pas, dengan cuaca yang bersahabat, langit biru dan tentu saja bukan pas lagi ‘kerja’.

Cek juga destinasi lain di Sulawesi

6 thoughts on “Mengunjungi Pulau Ular, Pesonanya Tak Seseram Namanya”

  1. Bener sih, kalo tujuannya supaya orang2 takut kesana demi si gudang senjata aman, caranya berhasil banget. Aku aja kalo dgr nama pulau ini, lgs emoh utk datang hahahaha. Takut banget ama semua makhluk melata itu :p.. Tp krn kamu udh cerita di sana ga ada ular, mungkin ga bakal nolak kalo diajak kesana 😀

    1. Bobby Ertanto

      Sama sih kak.. wong mau traveling kan mau lihat yang ena-ena juga, ga mau yang sengsara hahaha

  2. Jadi nama Pulau Ular ini cuma jebakan aja ya bang? Dan kayanya gak diubah lagi namanya, karena lebih menjual ya? Kalau dibalikkin ke nama asalnya, aku aja bisa lupa nyebutnya lagi 😀

  3. yuki anggia putri

    eh iya, tok, cakep banget ini pulaunyaaa. pasir putihnya jugaaa kontras ma lautnya. tapi, kalau memang dominan padang rumput sih harusnya banyak ular, wkwkwk. ?

    1. Bobby Ertanto

      Masih belum tau mana yang benar tok, untungnya sih ga ada nemu sebiji pun disana yaaa… amit-amit

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Content
Scroll to Top