Taman Sari Jogja, siapa yang tidak mengenal bekas komplek pemandian raja-raja Jogja jaman dahulu ini? Taman Sari, sudah menjadi objek favorit turis lokal maupun mancanegara. Lokasi wisata ini memang selalu masuk dalam setiap itinerary setelah mengunjungi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat karena memang lokasinya berdekatan.
Saya sendiri baru sekali mengunjungi komplek Taman Sari. Nah, kalau kamu tinggal di kawasan Malioboro, kamu bisa menggunakan becak kayuh atau kalau mau lebih seru, bisa dengan berjalan kaki seperti yang saya lakukan waktu itu. Juli 2013 lalu misalnya, saat saya liburan ke Jogja, Saya dan seorang teman berjalan memutar dari Stasiun Lempuyanga, ke arah Jl. Sudirman, Tugu Jogja, melewati kawasan Jl. Maliobro hingga ke Taman Sari.
Baca juga: Dicium ladyboy saat nonton Mirota cabaret show di Jogja
Cerita tentang Komplek Taman Sari
Dulunya, Taman Sari ini merupakan danau buatan yang dibangun mengelilingi istana (Keraton Ngayogyakarta) dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I. Untuk mencapai Taman Sari, seorang Sultan harus menaiki sebuah perahu atau sejenisnya. Namun, danau tersebut tidak ada lagi seperti sekarang, berganti menjadi pasar dan kompleks rumah-rumah warga.
Kami masuk lewat pintu belakang melalui Pasar Ngasem sehingga bangunan yang pertama kali saya temui adalah Gedung Kenongo atau Pulau (Pulo) Cemeti, dalam bahasa Jawa. Meski hanya tinggal puing-puing saja, saya cukup menikmati berada disini dan mengambil beberapa foto untuk dokumentasi saya pribadi. Apalagi saya sedang ‘menggandeng’ kamera mirrorless Samsung NX2000.
Dari Gedung Kenongo, kami pindah ke tempat selanjutnya, yaitu Masjid Soko Guru.
Masjid ini sudah tampak dari sisi atas Gedung Kenongo tempat kami berpijak . Sebuah bangunan berbentuk lingkaran dengan atap terbuka.
Jalan menuju Masjid Soko Guru ini, kita harus melewati terowongan bawah air yang cukup gelap dan panjang. Cahaya matahari masuk hanya dari celah-celah saja.
Bentuknya cukup unik. Jika sudah tiba dibangunan utama, terdapat sebuah panggung kecil berbentuk persergi yang dikelilingi 5 anak tangga. Dan jikalau kita menengadah ke atas, kita bisa melihat langsung langit biru.
Makanya, tak jarang tempat ini dijadikan sebagai lokasi foto prewedding favorit di Jogja.
Menuju Pelataran Komplek Taman Sari Jogja
Dari Masjid Soko Guru, kami kembali ke arah Gedung Kenongo dan menyusuri gang rumah-rumah penduduk menuju pelataran Taman Sari.
Dalam perjalanan kami bertemu dengan seorang pemuda yang sedang melukis batik, namanya Mas Kusuma Ananta. Saya terpesona dengan hasil karyanya (meski tidak beli hehe). Dengan ramah dia menyuruh kami mampir (meski hanya) untuk melihat-lihat. Di workshop-nya yang merupakan tempat tinggalnya, ada banyak batik hasil lukis maupun kaos-kaos lukis.
Untuk memasuki halaman pemandian utama komplek Taman Sari ini, kita melewati salah satu pintu gerbang yang pas untuk orang dewasa. Namun yang unik dari pintu gerbang ini adalah terdapat ukiran batu yang masih terjaga hingga sekarang.
Sementara untuk pintu masuk utama yang didepan seperti gambar dibawah.
Harga tiket masuk Taman Sari Jogja (update tahun 2017)
Kategori | Wisatawan Lokal | Wisatawan Asing |
---|---|---|
Tiket Masuk | Rp 5.000,-/orang | Rp 12.000,-/orang |
Tiket Kamera | Rp 2.000,-/orang | – |
Murah banget kan ya!
Memasuki tempat pemandian, terdapat 3 tempat pemandian utama.
Umbul Muncar diperuntukkan bagi para putra-putri sultan. Umbul Kuras untuk para selir dan yang terakhir Umbul Binangun sebagai tempat pemandian sultan.
Baca juga: Wisata ke makam raja-raja kuno Kotagede
Sayangnya, saat berkeliling di komplek pemandian raja-raja Jogja di Taman Sari ini, saya masih menemukan begitu banyak vandalisme. Sangat disayangkan sekali. Padahal ga ada faedahnya.
Tunggu apa lagi, yuk liburan ke Jogja, dan pastikan kalau kamu sempatin main ke Taman Sari Jogja. Cek juga artikel lain tentang destinasi wisata di Jogja yang pernah saya tulis!
Happy traveling, gaes!