Goa Hawang, antara Mitos dan Surga Tersembunyi

Mumpung sudah berada di Kepulauan Kei, ada baiknya mendatangi semua tempat-tempat indah disana. Apalagi bila mengingat panjangnya durasi perjalanan dan durasi menabung untuk bisa tiba di pulau ini (padahal mah diajakin). Satu tempat yang wajib banget kamu datangi saat di Pulau Kei kecil adalah Goa Hawang.

Advertisements

Tak cuma indah, namun menawarkan sisi misteri dan mitos yang menguatkan nuansa magis bila kita berada di dalam gua ini.

Namun, lebih dari itu semua, pengalaman mengunjungi Goa Hawang adalah sebuah hal yang selalu ingin saya lakukan lagi.

Untuk bisa mencapai tempat ini, kita bisa menyewa mobil, transportasi yang cocok mengingat teriknya panas di Pulau Kei Kecil ini. Lokasinya berada di sebuah hutan, tak jauh dari jalan raya. Sehingga cukup mudah untuk mencapainya. (Lokasi di Google Maps)

Selepas mesin kendaraan dimatikan, seketika itu juga keheningan menyergap. Suasana begitu sepi, bahkan gesekan daun kering di bawah kami berpijak pun sangat jelas terdengar.

Setidaknya itu yang saya rasakan.

Seorang pria dengan membawa dua ekor anjing peliharaannya kemudian mendatangi kami, menyapa agak misterius sembari mengatakan,

“Jaga sikap dan kelakukan kata kalian selama berada disini.”

Kami pun mengangguk setuju.

Apa pasal? Goa Hawang ini rupanya menyimpan tabir misteri yang turun temurun masih diyakini masyarakat setempat.

Ternyata, nama Goa Hawang sendiri memiliki makna yang sarat dengan dunia lain. Dalam bahasa setempat, kata “hawang” diartikan sebagai arwah mereka yang sudah meninggalkan dunia, tapi masih mendiami lokasi tersebut.

Memang jaman dahulu, paham animisme yang dianut menjadikan gua ini sebagai lokasi bertapa dan memuja arwah gaib. Hingga kini, masih banyak orang yang datang ke sana untuk bersemedi. Tandanya bisa kita lihat dari sisa-sisa sesajen, terutama di mulut gua.

Tak hanya itu saja, mitos lain tentang tempat ini adalah air telaga yang ada di dalamnya.

Air di Goa Hawang ini memang sangat jernih seperti kristal, apalagi saat jam-jam tertentu dimana matahari bisa masuk ke dalam gua.

Masyarakat setempat meyakini mitos bahwa membasuh muka menggunakan air di Goa Hawang dapat membuat kita awet muda. Selain itu, juga dapat membuat enteng jodoh bagi mereka yang jomblo. Mitos lainnya, airnya dapat membantu kesuburan wanita yang sulit punya keturunan.

Percaya atau tidak? Terserah anda.

Usai mendengar beberapa peringatan dari pemandu tersebut, kami tak punya pilihan selain mengangguk patuh. Khawatir hal buruk menimpa kami. Toh, selalu menjaga sikap di kampung orang yang kita datangi merupakan sebuah keharusan, bukan? Tak peduli dimanapun tempatnya.

Bila sunset memiliki golden hour, di Goa Hawang pun demikian.

Advertisements

Waktu yang tepat mengunjungi Goa Hawang sekitar pukul 11 hingga pukul 14 siang. Pada jam tersebut, teriknya matahari dapat menembus lebatnya hutan, sehingga membuat pemandangan di dalam gua pun semakin indah.

Jalan turunan menuju mulut gua terbilang cukup mudah, apalagi sudah dibeton dengan jarak anak tangga yang aman dan nyaman. Sepertinya memang banyak wisatawan yang datang berkunjung ke sini. Di sana sudah tersedia beberapa pendopo.

Sang pemandu meyakinkan kami kalau barang-barang akan aman disana. Pun bila hilang, pencuri tersebut akan mendapatkan balasan setimpal.

Saya pun membatin, mungkin ini ada kaitannya dengan teguran diawal, untuk menjaga sikap di tempat ini.

“Inilah primadona Desa Letvuan, Goa Hawang”, kata sang pemandu memperkenalkan.

Air di Goa Hawang sejernih Kristal
Air di Goa Hawang ini sejernih kristal

Benar saja. Kami langsung tertegun kagum menyaksikan jernihnya air saat tertimpa matahari.

Air menjadi berkilau bak kristal. Mirip dengan Gua Kristal yang ada di Kupang yang sempat saya kunjungi sebelumnya. Cahaya matahari masuk di waktu siang untuk menyinari gelapnya gua.

Mungkin bedanya, air di Goa Hawang ini lebih jernih bila dibanding Gua Kristal. Lokasi lainnya, bisa ke Goa Rangko di Labuan Bajo.

Goa Kristal Kupang
Salah satu wisata kupang yang wajib kamu kunjungi, Goa Kristal, Kupang.
Goa Rangko Labuan Bajo
Goa Rangko, Labuan Bajo w/ Yudha @catatanbackpacker dan Guri @langkahjauh

Si pemandu kemudian mengijinkan kami untuk menikmati segarnya air di kolam tersebut. Sambil tak henti mengingatkan agar kami bisa menjaga sikap dan tidak meminum airnya. Kalau berenang, sih, boleh saja.
Suhu air yang dingin membuat badan saya merinding saat memasukkan kaki pertama kali. Sangat pas dan begitu menyegarkan mengingat teriknya matahari saat itu.

Masih keterangan dari pemandu lokal yang bersama kami, Ia mengatakan kalau air di Goa Hawang ini terhubung dengan mata air yang dinamakan Evu, mata air yang cukup besar dan salah satu yang paling besar di kawasan ini.

Terdapat sebuah terowongan di sana. Saya tak bisa melihat isi di balik terowongan yang gelap itu.

Baru saja penasaran ingin melihat terowongan itu lebih dekat, seketika juga perasaan ngeri menyergap hati saya. Terowongan ini konon menyambung ke laut lepas, sehingga dibutuhkan keahlian menyelam dan harus ditemani saat ingin menelusurinya.

Selama berada di kawasan Goa Hawang ini, pemandu kami ini seolah tak lelah untuk mengingatkan kami menjaga tutur bahasa dan perilaku. Rasa penasaran pun membuat kami bertanya, mengapa ia kerap mengulang-ulang peringatan itu.

Ceritanya, dahulu kala, ada seorang pria yang sedang berburu babi hutan dan beristirahat di gua ini. Karena begitu haus, ia pun meneguk air dari telaga jernih nan segar itu. Apa dinyana, air tersebut baginya terasa pahit sehingga membuat si pemburu mengucap sumpah serapah. Akibatnya, ia dikutuk menjadi batu.

Kami cukup kaget tatkala si pemandu mengatakan bahwa tadi pun kami telah melihat bongkahan batu yang diyakini merupakan wujud kutukan pemburu tersebut. Kemudian ia menunjukkan batu yang dimaksud, yang memang seukuran manusia. Dua batu kecil yang berada di dekatnya diyakini sebagai dua ekor anjing yang menemani si pemburu tersebut.

Lebih dari satu jam kami menghabiskan waktu di sana. Mendengar kisah misteri sambil mengagumi keindahan Goa Hawang. Perpisahan kami dengan pemandu pun diiringi ucapan terima kasih karena sudah menjaga sikap dan menyempatkan diri berkunjung ke Goa Hawang.

Di akhir pesan, ia berujar:

“Janganlah nasib kalian seperti kami ini yang terikat abadi di Goa Hawang…”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top